BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain.
Dalam persalinan dibagi menjadi 4
kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. kala I
dinamakan pula dengan kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran,
oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin di dorong ke luar
sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding
uterur dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam.
Dalam kala itu di amati apakah tidak terjadi perdarahan post partum. ( Sarwono
Prawirohardjo, 2005 )
Pada kala I, mekanisme membukanya
serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama,
ostium uteri internum akan membuka lebi dahulu, sehingga serviks akan mendatar
dan menipis. Daru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida
ostium uteri internum sudah sedikit membuka. Ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap.
Tidak jarang ketuban harus di pecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau
telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm,
disebut dengan ketuban pecah dini. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )
Dalam
keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah
dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.Bila ketuban
pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini
pada kehamilan premature.
Dalam
keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1%
dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya
selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam
kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin.
Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan
peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,
sitokinin dan protein hormon. Dari
fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu kajian studi
kasus pada klien Seksio Sesaria dengan indikasi Ketuban pecah dini pada Ny. A di
IRNA A RSUP DR. M. Djamil Padang.
- TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a.
Untuk memenuhi tugas yang di berikan
di IRNA A RSUP Dr. M.Djamil Padang
b.
Sebagai bahan pelajaran bagi
mahasiswa agar lebih memahami tentang Seksio Sesarea yang berkaitan dengan
kasus Ketuban Pecah Dini
c.
Sebagai bahan pemahaman bagi pembaca
agar dapat lebih mengetahui tentang Seksio Sesarea yang berhubungan dengan
Ketuban Pecah Dini
3. METODE
PENELITIAN
Penulisan
ilmiah ini menggunakan metode studi kasus. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam penulisan adalah sebagai berikut :
A.
Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan
menggumpulkan data secara komperhensif untuk mendapatkan data atau bahan yang
berhubungan dengan SC dan KPD dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan
jalan membaca buku catatan kuliah.
B.
Tinjauan Kasus
Dengan mengadakan observasi dan partisipasi pada pasien
yang dirawat di RSUP DR. M. Djamil Padang.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
1. KETUBAN PECAH DINI (Premature Rupture
of the Membrane )
a. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Ketuban Pecah Dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat
terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc.
Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini
adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba,
2002)
Ketuban pecah dini
(KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
b. Prinsip dasar
- Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
- Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
- Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
- Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. ( Sarwono Prawirohardjo, 2002 )
c. Etiologi
Penyebab dari Premature Rupture of
Membrane (PRM) tidak / belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan,
kecuali usaha menekan infeksi.
d. Patogenesis
TAYLOR menyelidiki bahwa ada hubungan dengan hal-hal
berikut :
·
Adanya hipermotilitas rahim yang
sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti
pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan
hipermotilitas rahim ini.
·
Selaput ketuban terlalu tipis (
kelainan ketuban )
·
Infeksi ( amnionitis atau
korioamnionitis )
·
Faktor-faktor lain yang merupakan
predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompetent dan
lain-lain.
·
Ketuban
pecah dini artificial ( amniotomi ), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau
meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apalagi bila
pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. Cara menentukannya adalah :
·
Memeriksa cairan yang berisi
mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo atau bila telah terinfeksi berbau
·
inspekulo : lihat dan perhatikan
apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian
yang sudah pecah
·
Gunakan kertas lakmus ( litmus )
Bila menjadi biru ( basa ) = air
ketuban
Bila menjadi
merah ( asam ) = air kemih ( urin )
·
Pemeriksaan pH forniks posterior
pada PROM pH adalah basa ( air ketuban )
·
Pemeriksaan histopatologi air (
ketuban )
·
Aborization dan sitologi air ketuban
e. Penilaian kllinik
o Tentukan pecahnya selaput ketuban
o Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan
USG
o Tentukan ada
tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi : bila suhu ibu > 38 ˚C, air
ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA ( Lekosit
Esterase ) Lekosit darah > 15.000 / mm3. janin yang mengalami
takhikardi, mungkin infeksi intrauterine.
o Tentukan
tanda-tanda in partu, tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan ) antara
lain untuk menilai untuk menilai skor pelvic.
f. Pengaruh PRM
1.
Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan
gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena
infeksi intrauterine terlebih dahulu terjadi ( amniotomi, vaskulitis ) sebelum
gejala pada ibu dirasakan. Jadi, akan meninggikan mortallitas dan morbiditas
perinatal.
2.
Terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka,
maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering periksa
dalam. Selain itu juga daapt dijumpai infeksi puerpuralis ( nifas ), peritonitis
dan septicemia, serta dry-labor.
Ibu akan
merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka
suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejal infeksi.
g. Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan
dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.
Pimpinan persalinan
Ada beberapa macam pendapat mengenai penatalaksanaan
dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PRM :
a) Bila anak belum viable ( kurang dari 36 minggu ),
penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat
antibiotic profilaksis, spasmolitika dan roboransia dengan tujuan untuk
mengundur waktu sampai anak viable.
b) Bila anak sudah viable ( lebih dari 36 minggu )
lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika
profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimanaa induksi partus dengan PGE2 dan
atau drips sintosinon gagal, maka lakukan tindakan operatif.
Jadi pada PRM penyelesaian persalinan bisa :
§ Partus
spontan
§ Ekstraksi vakum
§ Ekstraksi
forsep
§ Embriotomi
bila anak sudah meninggal
§ Seksiosesarea
bila ada indikasi obstetric
- Pada anak
IUFD dan IPFD, asfiksia dan
prematuritas
- Pada ibu
Partus lama dan infeksi, atonia
uteri, perdarahan postpartum atau infeksi nifas.
i. Penanganan
a.
Konservatif
·
Rawat di RS
·
Berikan antibiotika ( ampisilin 4 x
500 mg atau eritomisin bila tak tahan ampisilin ) dan metronidazol 2 x 500 mg
selama 7 hari.
·
Jika usia kehamilan 32-37 minggu,
belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa negative : beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejateraan janin. Terminasi pada kehamilan
37 minggu.
·
Jika usia kehamilan 32-37 minggu,
sudah in partu, tidak ada infeksi , berikam tokolitik ( salbutamol ),
deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
·
Jika usia kehamilan 32-37, ada
infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.
·
Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu,
lekosit, tanda-tanda infeksi interauterin ).
·
Pada usia kehamilan 32-34 minggu
berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin dan kalau memungkinkan
periksa kadar lesitin dan spingiomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametaon IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
,b. Aktif
·
Kehamilan > 37 minggu, induksi
dengan oksitosin, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat
pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
·
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan
antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri :
Bila skor pelvic > 5, induksi
persalinan
2. SEKSIO SESAREA
Istilah seksio sesarea berasal dari
perkataan latin caedere yang artinya memotong. Pengertian ini semula
dijumpai dalam Roman Law ( Lex regia ) dan Emperor’s law ( Lex Caesarea ) yaitu
undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang
meninggal harus di keluarkan dari dalam rahim. Jacob nufer tercatat
pertama kali melakukan seksio sesarea pada istrinya, dia adalah seorang
pemotong babi.
A. Definisi
Seksio
sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding perut atau vagina ( suatu histerotomia untuk melahirkan
janin dalam rahim ).
Sectio caesarea adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau
vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Sectio Caesaria adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina atau sectio caesaria adalah suatu histerektomia untuk
janin dari dalam rahim(Mochtar, R 2006 ).
Sectio caesaria adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim
(Mansjoer, A, 2001 )
B. Istilah
v Seksio
sesarea primer ( efektif )
Dari semula telah direncankan bahwa
janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran
biasa, misalnya pada panggul sempit ( CV kecil dari 8 cm )
v Seksio
sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (
partus percobaan ), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan
gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
v Seksio
sesarea ulang ( repeat caecarean section )
Ibu yang pada kehamilan lalu
mengalami seksio sesarea ( previous caesarean section ) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
v Seksio
sesarea histerektomi ( caecarean section hysterectomy )
Suatu operasi dimana setela
dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena
sesuatu indikasi.
v Operasi
Porro ( Porro operation )
Suatu operasi tanpa mengeluarkan
janin dari kavum uteri 9 tentunya janin sudah mati ) dan langsung dilakukan
histerektomi, misalnnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
v Seksio
sesarea postmortem ( postmortem caesarean section ) adalah seksio sesarea
segera pada ibu hamil cukukp bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin
masih hidup.
C. Indikasi
- Ibu
- Disproporsi kepala panggul ( CPD/ FPD )
- Disfungsi uterus
- Distosia jaringan lunak
- Plasenta previa
- Rupture uteri mangancam
- Partus lama ( prolonged labor )
- Partus tak maju ( obstructed labor )
- Pre-eklamsi dan hipertensi
- Janin
- Janin besar
- Gawat janin
- Malpresentasi janin
a) Letak
lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :
·
Bila ada kesempitan panggul, maka
seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin
hidup dan besar biasa.
·
Semua primigravida dengan letak
lintang harus ditolong dengan seksio sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul
sempit.
·
Multipara dengan letak lintang dapat
lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
b) Letak bokong
Seksio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
·
Panggul sempit
·
Primigravida
·
Janin besar dan berharga
c) Presentasi
dahi dan muka ( letak defleksi ) bila reposisi dan cara-cara lain tidak
berhasil.
d) Presentasi
rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e) Gemeli,
menurut EASTMAN seksio sesarea dianjurkan :
·
Bila janin pertama letak lintang
atau presentasi bahu ( shoulder presentation )
·
Bila terjadi interlock ( locking of
the twins )
·
Distosia oleh karena tumor
·
Gawat janin
D. Jenis-jenis
operasi seksio sesarea
- Abdomen ( Seksio Sesarea Abdominalis )
·
Seksio sesarea transperitonealis :
-
Seksio sesarea klasik atau corporal
dengan insisi memanjang pada korpus uteri
-
Seksio sesarea ismika atau profunda
atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
-
Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu
tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal.
b. Vagina ( Seksio Sesarea vaginalis )
Menurut arah sayatan pada rahim,
seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan
memanjang ( longitudinal ) menurut Kronig
2. Sayatan
melintang ( Transversal ) menurut kerr
3. Sayatan
huruf T ( T- incision )
v Seksio sesarea Klasik ( Korporal )
Dilakukan
dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan :
o Mengeluarkan janin lebih cepat
o Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
o Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
o Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena
tidak ada reperitonealisasi yang baik
o Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi
rupture uteri spontan.
v Seksio sesarea Ismika (Profunda )
Dilakukan
dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim ( low cervical
transversal ) kira-kira 10 cm.
Kelebihan
o Penjahitan luka lebih mudah
o Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
o Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
Manahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
o Perdarahan kurang
o Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture
uteri spontan kurang/lebih kecil.
Kekurangan
o Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga
dapat menyebabkan uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak
o Keluhan paa kandung kemih postoperative tinggi.
E. komplikasi
·
Infeksi puerpuralis
o
Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
o
Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi,
disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
o
Berat, dengan peritonitis,sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya
adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotic yang adekuat dan
tepat.
·
Perdarahan
Disebabkan
karena :
o Banyak pembuluh daah terputus dan terbuka
o Atonia uteri
o Perdarahan pada placental bed
·
Luka kandung kemih, emboliu paru dan
keluhan kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
·
Kemungkinan rupture uteri spontan
pada kehamilan mandating
F. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan
moortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada massa sekarang, oleh karena
kemajuan yang pesat daam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibiotic angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan
fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang
dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara
seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi.
G. Nasehat pasca operasi
·
Dianjurkan jangan hamil selama
kurang 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi
·
Kehamilan
berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
·
Dianjurkan untuk bersalin di RS yang
besar
·
Apakah untuk persalinan berikutnya
harus dengan seksio sesarea bergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan
pada kehamilan berikutnya
·
Hampir di seluruh institute di
Indonesia tidak di anut dictum “ once a cesarean always a cesarean “. Yang dianut adalah “ once a cesarean not always a
cesarean “ kecuali pada panggul sempit atau disproporsi sefalo-pelvik.
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU NIFAS NY. “A” P2A0H2
POST SECTIO SECARIA + PRM NIFAS
HARI KE II-III
DI IRNA A RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
Tanggal : 6 September 2013
Pukul :
11:38 WIB
TINJAUAN KASUS
Seorang ibu G2P1A0H1 usia 33 tahun masuk ke ruang KB IGD
RSUP.M.Djamil Padang dengan keluhan
keluar air dari kemaluan sejak pukul 24.00 WIB. HPHT : 2 Desember 2012, TP: 9
September 2013. Gerakan anak(+). RHM mual (-), muntah (-), perdarahan (-). Memiliki riwayat SC. Pada
pemeriksaan labor Hb ibu 12,0 gr %
Diagnosa
pra
bedah : G2P1A0H1 gravid aterm +
sectio caesarea + PRM
Diagnose
pasca bedah : P2A0H2
post SC dengan PRM HN II-III
I.
PENGUMPULAN DATA
A.
Identitas
MR : 84. 11. 41
- (IBU/ ISTRI) -
(SUAMI)
Nama : Ny.” A” / Tn. “G”
Umur : 33 tahun / 32 tahun
Suku/Bangsa :
Minang/ Indonesia / Minang/ Indonesiaa
Agama :
Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan :
IRT / Petani
Alamat rumah : Dadok
Tunggul Hitam / Dadok Tunggul Hitam
B. ANAMNESA
( DATA SUBJEKTIF)
Tanggal
: 9 September 2013
Pukul : 14.00
Wib
1.
Keluhan
utama :
·
Ibu masih merasakan nyeri diperut bagian bawah
·
Ibu masih tampak lemah
2.
Riwayat penyakit sekarang : ibu terlihat
lemah dan kesakitan
3.
Riwayat
Kesehatan
1.
Riwayat
menstruasi
Menarche
: 13 tahun
Siklus :
28 hari
Banyaknya :
2-3 x ganti duk
Disminorea :
Ada
Teratur/tidak :
Teratur
Lamanya : ± 7
hari
Konsistensi darah :
Encer
2.
Riwayat kehamilan ,persalinan,nifas yang lalu
Nno
|
Tgl lahir/usia
|
Usia
kehamilan
|
Jenis
Persalinan
|
Tempat
persalinan
|
komplikasi
|
Bayi
|
Nifas
|
||||
Ibu
|
bayi
|
PB/BB/JK
|
Keadaan
|
Lochea
|
Laktasi
|
||||||
11.
|
5 5 tahun
|
aterm
|
SC
|
RS
|
Tdk ada
|
Tdk
ada
|
53/4400/LK
|
Sehat
|
normal
|
Lancar
|
|
2
|
777 sep 13
|
aterm
|
SC
|
RS
|
Tdk ada
|
Tdk
Ada
|
48/3500/PR
|
Sehat
|
Normal
|
Lancar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
Riwayat
kontrasepsi
·
Jenis
kontrasepsi : IUD sejak
tanggal 7 September 2013
4.
Penyakit
yang pernah diderita
Jantung
: Tidak Pernah
Hipertensi
: Tidak Pernah
Hepatitis : Tidak Pernah
DM
: Tidak Pernah
Ginjal
: Tidak Pernah
PMS dan HIV/AIDS: Tidak Pernah
Epilepsi
: Tidak Pernah
5.
Pola
dan fungsi kesehatan
a.
Diet/
makan sehari-hari
Komposisi : nasi + ikan + sayur
Pola
makan : 3 kali sehari
b.
Pola
eliminasi
·
BAB : 1-2
x sehari
·
BAK : 6-7
kali sehari
c.
Pola
aktivitas
Sebelum sakit ibu dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasa
d.
Pola
istirahat
·
Siang : ± 1
jam
·
Malam
:
± 6 jam
e.
Perilaku
kesehatan
·
Penggunaan
alkhohol : Tidak ada
·
Obat-obatan
: Tidak Ada
·
Merokok : Tidak Ada
·
Irigasi
vagina : Tidak Ada
C. PEMERIKSAAN
FISIK ( DATA OBJEKTIF)
1.
Keadaan
umum : Sedang
2.
Tanda
vital
Tekanan
darah : 130/80 mmHg
Nadi :
82 x/i
Pernafasan : 22 x/i
Suhu
: 36,5ºC
a.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Kepala
-
Rambut : Bersih , tidak
rontok dan tidak berketombe ,tidak mudah dicabut
-
Mata : Konjungtiva tidak pucat , Sklera tidak
ikterik
-
Muka : Tidak oedema
-
Mulut : Lidah bersih ,gigi tidak caries ,
tidak ada sariawan
2.
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada pembengkakan
kelenjar getah bening
3.
Payudara
Bentuk : simetris ki-ka
Putting
susu : Menonjol
Areola : Hyperpigmentasi
Kolostrum
: ada
Pembengkakan :
Tidak ada
4.
Abdomen
Inspeksi
·
Bentuk
: Simertis ki-ka
§
Striae albican/ lividae :Striae Lividae
§
Bekas operasi :
Ada
§
Kelainan :
Tidak Ada
Palpasi
-
Kontraksi :
Baik
-
TFU :
2 Jari di bawah Pusat
-
Kandung kemih :
Tidak Teraba
5. Vulva dan vagina
Kebersihan : Terjaga
-
Varices :
Tidak Ada
-
Kemerahan : Tidak Ada
-
Lochea :
Rubra
6. Ektermitas
·
Atas :
Tidak oedema (-),aktif (+), pada tangan kanan terpasang inject
pam
·
Bawah :
Sianosi (-),Tidak oedema (-),aktif (+)
D. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Haemoglobin :12
gr %
Hematokrit : 37
%
Leukosit : 20
mm3
Eritrosit : 4,5 mm3
Trombosit
: 188.000/
mm3
Protein
urin : (-)
Glukosa
urin : (-)
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU NIFAS NY. “A” P2A0H2
POST SECTIO SECARIA + PRM NIFAS
HARI KE II-III
DI IRNA A RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
TANGGAL 9-10 SEPTEMBER 2013
Hari / Tanggal
|
Penatalaksanaan
|
Paraf Petugas
|
Tanggal:
09/9/2013
Pukul:
14.00Wib
|
S
: Ibu merasa nyeri pada luka operasi
O
:KU sedang , TD : 130/80mmHg, N :
82x/i, P : 22 x /i, S : 36.5ºC, Kontraksi uterus Baik, TFU :2 jari dibawah pusat, Kandung Kemih : Kosong, Perdarahan : Normal, ekstrimitas
atas : pada tangan kanan terpasang inject pam
A
: Ibu nifas Ny.A P2A0H2
post SC + RPM, HN II , KU ibu sedang
P
: 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa
keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus ibu baik, TFU 2 jari di bawah pusat, Perdarahan dalam batas
normal
Evaluasi : Ibu dapat memahami
kondisinya saat ini
2. Mengajurkan ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi agar kondisi
ibu cepat pulih
Evaluasi : ibu menghabiskan makanannya sesuai dengsn porsi
yang diberikan.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi agar mempercepat pemulihan ibu
pasca operasi seperti berjalan-jalan disekitar tempat tidur
Evaluasi : Ibu telah mulai belajar berjalan sendiri.
4. Memberitahu ibu untuk menjaga pola istirahat
yaitu pada siang hari 2 jam dan pada malam hari 6 jam
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5. Memberitahu ibu untuk menjaga personal
hygiene seperti ganti duk 3-4 x sehari, merawat luka pada abdomen ibu dan
menjaga agar luka tetap kering dan tertutup kasa steril.
Evaluasi : ibu
sudah mengganti duknya dan perawatan luka sudah dilakukan.
6.Memberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x1 secara
IV
Antalgin 3x1, oral
Vit C 1x1, oral
Evaluasi : Terapi
sudah diberikan pukul 18.00 wib.
|
|
Tanggal:
10/9/2013
Pukul:
14.00Wib
|
S
: Ibu masih merasa nyeri pada luka operasi
O
: KU sedang, TD : 110/60 mmHg, N: 88x/i, P: 24x/i, S:370C, , Kontraksi uterus Baik, TFU :2 jari dibawah pusat, Kandung Kemih : Kosong, Perdarahan : Normal, ekstrimitas
atas : pada tangan kanan terpasang inject pam
A
: Ibu nifas Ny.A P2A0H2
post SC + RPM, HN II , KU ibu sedang
P
: 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa
keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus ibu baik, TFU 2 jari di bawah pusat, Perdarahan dalam batas
normal
Evaluasi : Ibu dapat memahami
kondisinya saat ini
2. Mengajurkan ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi agar
kondisi ibu cepat pulih
Evaluasi : ibu menghabiskan makanannya sesuai dengsn porsi
yang diberikan.
3. Memberitahu ibu untuk menjaga personal
hygiene seperti ganti duk 3-4 x sehari, merawat luka pada abdomen ibu dan
menjaga agar luka tetap kering dan tertutup kasa steril.
Evaluasi : ibu
sudah mengganti duknya dan perawatan luka sudah dilakukan.
4.menganjurkan ibu untuk menyusui bayi dan
hanya memberikan ASI eksklusif
Evaluasi : ibu
sering menyusui bayinya
5.memberikan terapi :
Ceftriaxone 2x1 , IV
SF 1x1, oral
Vit C 1x1, oral
Antalgin 3x1, oral
Evaluasi : Terapi
sudah diberikan pukul 18.00 WIB
|
|
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
o Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
o Penyebab
dari PRM tidak / belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali
usaha menekan infeksi.
o Adapun
pengaruh dari ketuban pecah dini baik pada ibu maupun bayinya yaitu dapat
menimbulkan infeksi.
o Jadi pada PRM
penyelesaian persalinan bisa : Partus spontan, Ekstraksi vakum, Ekstraksi
forsep, Embriotomi bila anak sudah meninggal, Seksiosesarea bila ada indikasi
obstetric.
o Seksio
sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding perut atau vagina ( suatu histerotomia untuk melahirkan
janin dalam rahim ).
o Ada
bebearapa indikasi dari seksio sesarea : Disproporsi kepala panggul ( CPD/ FPD
), Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa, Rupture uteri
mangancam, Partus lama ( prolonged labor ), Partus tak maju ( obstructed labor
), Pre-eklamsi dan hipertensi.
o Jenis-jenis
dari operasi seksio sesarea : SC transperitonealis ( SC klasik dan SC ismika )
dan SC ekstraperitonealis.
2. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan
dengan seksio sesarea dengan indikasi ketuban pecah dini. Sehingga dapat di
lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk meghindari kasus diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar