Sabtu, 11 Januari 2014

Makalah Ketuban Pecah Dini



BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Dalam persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. kala I dinamakan pula dengan kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin di dorong ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterur dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu di amati apakah tidak terjadi perdarahan post partum. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )
Pada kala I, mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka lebi dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Daru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit membuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus di pecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut dengan ketuban pecah dini. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormon. Dari fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu kajian studi kasus pada klien Seksio Sesaria dengan indikasi Ketuban pecah dini pada Ny. A di IRNA A RSUP DR. M. Djamil Padang.

  1. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a.    Untuk memenuhi tugas yang di berikan di IRNA A RSUP Dr. M.Djamil Padang
b.    Sebagai bahan pelajaran bagi mahasiswa agar lebih memahami tentang Seksio Sesarea yang berkaitan dengan kasus Ketuban Pecah Dini
c.    Sebagai bahan pemahaman bagi pembaca agar dapat lebih mengetahui tentang Seksio Sesarea yang berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini

3.      METODE PENELITIAN
Penulisan ilmiah ini menggunakan metode studi kasus. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penulisan adalah sebagai berikut :
A.     Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan menggumpulkan data secara komperhensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan SC dan KPD dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah.
B.     Tinjauan Kasus
Dengan mengadakan observasi dan partisipasi pada pasien yang dirawat di RSUP DR. M. Djamil Padang.









BAB II
TINJAUAN TEORI

1. KETUBAN PECAH DINI (Premature Rupture of the Membrane )
a. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

b. Prinsip dasar
  • Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
  • Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
  • Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
  • Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. ( Sarwono Prawirohardjo, 2002 )

c. Etiologi
Penyebab dari Premature Rupture of Membrane (PRM) tidak / belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali usaha menekan infeksi.

d. Patogenesis
TAYLOR menyelidiki bahwa ada hubungan dengan hal-hal berikut :
·        Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
·        Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban )
·        Infeksi ( amnionitis atau korioamnionitis )
·        Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompetent dan lain-lain.
·         Ketuban pecah dini artificial ( amniotomi ), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.

Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. Cara menentukannya adalah :
·        Memeriksa cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo atau bila telah terinfeksi berbau
·        inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah
·        Gunakan kertas lakmus ( litmus )
Bila menjadi biru ( basa ) = air ketuban
Bila menjadi merah ( asam ) = air kemih ( urin )
·        Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM pH adalah basa ( air ketuban )
·        Pemeriksaan histopatologi air ( ketuban )
·        Aborization dan sitologi air ketuban

e. Penilaian kllinik
o Tentukan pecahnya selaput ketuban
o Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG
o Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi : bila suhu ibu > 38 ˚C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA ( Lekosit Esterase ) Lekosit darah > 15.000 / mm3. janin yang mengalami takhikardi, mungkin infeksi intrauterine.
o Tentukan tanda-tanda in partu, tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan ) antara lain untuk menilai untuk menilai skor pelvic.

f. Pengaruh PRM
1.        Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine terlebih dahulu terjadi ( amniotomi, vaskulitis ) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi, akan meninggikan mortallitas dan morbiditas perinatal.
2.        Terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering periksa dalam. Selain itu juga daapt dijumpai infeksi puerpuralis ( nifas ), peritonitis dan septicemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejal infeksi.

g. Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.

Pimpinan persalinan
Ada beberapa macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PRM :
a) Bila anak belum viable ( kurang dari 36 minggu ), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotic profilaksis, spasmolitika dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
b) Bila anak sudah viable ( lebih dari 36 minggu ) lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimanaa induksi partus dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka lakukan tindakan operatif.

Jadi pada PRM penyelesaian persalinan bisa :
§ Partus spontan
§ Ekstraksi vakum
§ Ekstraksi forsep
§ Embriotomi bila anak sudah meninggal
§ Seksiosesarea bila ada indikasi obstetric

h. Komplikasi
  • Pada anak
IUFD dan IPFD, asfiksia dan prematuritas
  • Pada ibu
Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan postpartum atau infeksi nifas.

i.      Penanganan
a.    Konservatif
·        Rawat di RS
·        Berikan antibiotika ( ampisilin 4 x 500 mg atau eritomisin bila tak tahan ampisilin ) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
·        Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejateraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
·        Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi , berikam tokolitik ( salbutamol ), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
·        Jika usia kehamilan 32-37, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.
·        Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi interauterin ).
·        Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingiomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametaon IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

,b. Aktif
·        Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
·        Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri :
Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan


2. SEKSIO SESAREA
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law ( Lex regia ) dan Emperor’s law ( Lex Caesarea ) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus di keluarkan dari dalam rahim. Jacob nufer tercatat pertama kali melakukan seksio sesarea pada istrinya, dia adalah seorang pemotong babi.

A.     Definisi
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut atau vagina ( suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim ).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio caesaria adalah suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim(Mochtar, R 2006 ).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, A, 2001 )




B.     Istilah
v Seksio sesarea primer ( efektif )
Dari semula telah direncankan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit ( CV kecil dari 8 cm )
v Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa ( partus percobaan ), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
v Seksio sesarea ulang ( repeat caecarean section )
Ibu yang pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea ( previous caesarean section ) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
v Seksio sesarea histerektomi ( caecarean section hysterectomy )
Suatu operasi dimana setela dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.
v Operasi Porro ( Porro operation )
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri 9 tentunya janin sudah mati ) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
v Seksio sesarea postmortem ( postmortem caesarean section ) adalah seksio sesarea segera pada ibu hamil cukukp bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.

C.     Indikasi
  1. Ibu
    • Disproporsi kepala panggul ( CPD/ FPD )
    • Disfungsi uterus
    • Distosia jaringan lunak
    • Plasenta previa
    • Rupture uteri mangancam
    • Partus lama ( prolonged labor )
    • Partus tak maju ( obstructed labor )
    • Pre-eklamsi dan hipertensi
  2. Janin
    • Janin besar
    • Gawat janin
    • Malpresentasi janin
a) Letak lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat :
·        Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
·        Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
·        Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
b) Letak bokong
Seksio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
·        Panggul sempit
·        Primigravida
·        Janin besar dan berharga
c) Presentasi dahi dan muka ( letak defleksi ) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.
d) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e) Gemeli, menurut EASTMAN seksio sesarea dianjurkan :
·        Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu ( shoulder presentation )
·        Bila terjadi interlock ( locking of the twins )
·        Distosia oleh karena tumor
·        Gawat janin

D.    Jenis-jenis operasi seksio sesarea
  1. Abdomen ( Seksio Sesarea Abdominalis )
·       Seksio sesarea transperitonealis :
-            Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri
-            Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
-            Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. Vagina ( Seksio Sesarea vaginalis )
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) menurut Kronig
2. Sayatan melintang ( Transversal ) menurut kerr
3. Sayatan huruf T ( T- incision )
v Seksio sesarea Klasik ( Korporal )
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.

Kelebihan :
o Mengeluarkan janin lebih cepat
o Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
o Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :
o Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik
o Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

v Seksio sesarea Ismika (Profunda )
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim ( low cervical transversal ) kira-kira 10 cm.

Kelebihan
o Penjahitan luka lebih mudah
o Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
o Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk Manahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
o Perdarahan kurang
o Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih kecil.

Kekurangan
o Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga dapat menyebabkan uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak
o Keluhan paa kandung kemih postoperative tinggi.


E.     komplikasi
·       Infeksi puerpuralis
o     Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
o     Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
o     Berat, dengan peritonitis,sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotic yang adekuat dan tepat.
·        Perdarahan
Disebabkan karena :
o Banyak pembuluh daah terputus dan terbuka
o Atonia uteri
o Perdarahan pada placental bed
·        Luka kandung kemih, emboliu paru dan keluhan kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
·        Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mandating

F.      Prognosis
Dulu angka morbiditas dan moortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada massa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat daam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotic angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi.

G. Nasehat pasca operasi
·        Dianjurkan jangan hamil selama kurang 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi
·         Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
·        Dianjurkan untuk bersalin di RS yang besar
·        Apakah untuk persalinan berikutnya harus dengan seksio sesarea bergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya
·        Hampir di seluruh institute di Indonesia tidak di anut dictum “ once a cesarean always a cesarean “. Yang dianut adalah “ once a cesarean not always a cesarean “ kecuali pada panggul sempit atau disproporsi sefalo-pelvik.




















BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. “A” P2A0H2
POST SECTIO SECARIA + PRM NIFAS HARI KE II-III
DI IRNA A RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
Tanggal : 6 September 2013
Pukul    : 11:38 WIB
TINJAUAN KASUS
Seorang  ibu G2P1A0H1  usia 33 tahun masuk ke ruang KB IGD RSUP.M.Djamil Padang  dengan keluhan keluar air dari kemaluan sejak pukul 24.00 WIB. HPHT : 2 Desember 2012, TP: 9 September 2013. Gerakan anak(+). RHM mual (-), muntah (-), perdarahan  (-). Memiliki riwayat SC. Pada pemeriksaan labor Hb ibu 12,0  gr %
Diagnosa pra bedah            : G2P1A0H1  gravid aterm    + sectio caesarea + PRM
Diagnose pasca bedah        : P2A0H2 post SC dengan PRM HN II-III
I.                   PENGUMPULAN DATA
A.     Identitas                                                                       MR : 84. 11. 41
  - (IBU/ ISTRI)                                                                      - (SUAMI)
Nama               :  Ny.” A”                                             /           Tn. “G”           
Umur                : 33 tahun                                             /           32 tahun
Suku/Bangsa    : Minang/ Indonesia                               /           Minang/ Indonesiaa
Agama             : Islam                                                  /           Islam
Pendidikan       : SMA                                                  /           SMA
Pekerjaan                     : IRT                                        /           Petani
Alamat rumah   : Dadok Tunggul Hitam                         /           Dadok Tunggul Hitam
B.     ANAMNESA ( DATA SUBJEKTIF)
Tanggal : 9 September 2013
Pukul    : 14.00 Wib
1.      Keluhan utama :
·          Ibu masih merasakan nyeri diperut bagian bawah
·          Ibu masih tampak lemah
2.      Riwayat penyakit sekarang : ibu terlihat lemah dan kesakitan
3.      Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat menstruasi
Menarche                     : 13 tahun
Siklus               : 28 hari
Banyaknya                   : 2-3 x ganti duk
Disminorea       : Ada
Teratur/tidak     : Teratur
Lamanya                      : ± 7 hari
Konsistensi darah         : Encer







2.      Riwayat kehamilan ,persalinan,nifas yang lalu
Nno
Tgl lahir/usia
Usia
kehamilan
Jenis
Persalinan
Tempat
persalinan
komplikasi
Bayi
Nifas
Ibu
bayi
PB/BB/JK
Keadaan
Lochea
Laktasi
11.
5 5 tahun
aterm
SC
RS
Tdk ada
Tdk ada
53/4400/LK
Sehat
normal
Lancar
2
777 sep 13
aterm
SC
RS
Tdk ada
Tdk
Ada
48/3500/PR
Sehat
Normal
Lancar
























3.      Riwayat kontrasepsi
·        Jenis kontrasepsi           : IUD sejak tanggal 7 September 2013
4.      Penyakit yang pernah diderita
Jantung                         : Tidak Pernah
Hipertensi                     : Tidak Pernah
Hepatitis                       : Tidak Pernah
DM                  : Tidak Pernah
Ginjal               : Tidak Pernah
PMS dan HIV/AIDS: Tidak Pernah
Epilepsi                        : Tidak Pernah

5.      Pola dan fungsi kesehatan
a.       Diet/ makan sehari-hari
Komposisi        : nasi + ikan + sayur  
Pola makan      : 3 kali sehari
b.      Pola eliminasi   
·        BAB    : 1-2 x sehari
·        BAK    : 6-7 kali sehari
c.       Pola aktivitas
Sebelum sakit ibu dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d.      Pola istirahat
·        Siang    :  ± 1 jam
·        Malam :  ± 6 jam
e.       Perilaku kesehatan
·        Penggunaan alkhohol    : Tidak ada
·        Obat-obatan                 : Tidak Ada
·        Merokok                      : Tidak Ada
·        Irigasi vagina                 : Tidak Ada


C.     PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF)

1.      Keadaan umum            : Sedang
2.      Tanda vital
Tekanan darah  : 130/80 mmHg
Nadi                 : 82 x/i
Pernafasan                    : 22 x/i
Suhu                 : 36,5ºC
a.                   Pemeriksaan Fisik
1.                   Kepala
-          Rambut : Bersih , tidak rontok dan tidak berketombe ,tidak mudah dicabut
-          Mata         : Konjungtiva tidak pucat , Sklera tidak ikterik
-          Muka        : Tidak oedema
-          Mulut        : Lidah bersih ,gigi tidak caries , tidak ada sariawan
2.                               Leher             : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening
3.                                Payudara
Bentuk                   : simetris  ki-ka
Putting susu            : Menonjol
Areola                    : Hyperpigmentasi
Kolostrum : ada
Pembengkakan       :  Tidak ada
4.                           Abdomen
 Inspeksi
·              Bentuk                      : Simertis ki-ka
§    Striae albican/ lividae :Striae Lividae
§    Bekas operasi            : Ada
§    Kelainan                    : Tidak Ada
Palpasi
-         Kontraksi               : Baik
-         TFU                       : 2 Jari di bawah Pusat
-         Kandung kemih      : Tidak Teraba
5.      Vulva dan vagina
Kebersihan : Terjaga
-         Varices                   : Tidak Ada
-         Kemerahan : Tidak Ada
-         Lochea                   : Rubra
6.      Ektermitas
·        Atas                 : Tidak oedema (-),aktif (+), pada tangan kanan terpasang inject pam
·        Bawah              : Sianosi (-),Tidak oedema (-),aktif (+)

D.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

Haemoglobin          :12 gr %
Hematokrit : 37 %
Leukosit     : 20 mm3
Eritrosit      : 4,5 mm3
Trombosit   : 188.000/ mm3
Protein urin : (-)
Glukosa urin           : (-)










MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. “A” P2A0H2
POST SECTIO SECARIA + PRM NIFAS HARI KE II-III
DI IRNA A RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL 9-10 SEPTEMBER 2013

Hari / Tanggal
Penatalaksanaan
Paraf Petugas
Tanggal:
09/9/2013
Pukul:
14.00Wib

S : Ibu merasa nyeri pada luka operasi

O :KU sedang , TD : 130/80mmHg,  N   : 82x/i,  P    : 22 x /i, S    : 36.5ºC, Kontraksi uterus Baik, TFU :2 jari dibawah pusat, Kandung Kemih : Kosong, Perdarahan : Normal, ekstrimitas atas : pada tangan kanan terpasang inject pam

A : Ibu nifas Ny.A P2A0H2 post SC + RPM, HN II , KU ibu sedang

P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus ibu baik, TFU 2 jari di bawah pusat, Perdarahan dalam batas normal
Evaluasi : Ibu dapat memahami kondisinya saat ini
2. Mengajurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar kondisi ibu cepat pulih
Evaluasi : ibu menghabiskan makanannya sesuai dengsn porsi yang diberikan.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi agar mempercepat pemulihan ibu pasca operasi seperti berjalan-jalan disekitar tempat tidur
            Evaluasi : Ibu telah mulai belajar berjalan sendiri.
4. Memberitahu ibu untuk menjaga pola istirahat yaitu pada siang hari 2 jam dan pada malam hari 6 jam
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5. Memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene seperti ganti duk 3-4 x sehari, merawat luka pada abdomen ibu dan menjaga agar luka tetap kering dan tertutup kasa steril.
Evaluasi : ibu sudah mengganti duknya dan perawatan luka sudah dilakukan.
6.Memberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x1 secara IV
Antalgin 3x1, oral
Vit C 1x1, oral
Evaluasi : Terapi sudah diberikan pukul 18.00 wib.


Tanggal:
10/9/2013
Pukul:
14.00Wib

S : Ibu masih merasa nyeri pada luka operasi
O : KU sedang, TD : 110/60 mmHg, N: 88x/i, P: 24x/i, S:370C, , Kontraksi uterus Baik, TFU :2 jari dibawah pusat, Kandung Kemih : Kosong, Perdarahan : Normal, ekstrimitas atas : pada tangan kanan terpasang inject pam

A : Ibu nifas Ny.A P2A0H2 post SC + RPM, HN II , KU ibu sedang
P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus ibu baik, TFU 2 jari di bawah pusat, Perdarahan dalam batas normal
Evaluasi : Ibu dapat memahami kondisinya saat ini
2. Mengajurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar kondisi ibu cepat pulih
Evaluasi : ibu menghabiskan makanannya sesuai dengsn porsi yang diberikan.
3. Memberitahu ibu untuk menjaga personal hygiene seperti ganti duk 3-4 x sehari, merawat luka pada abdomen ibu dan menjaga agar luka tetap kering dan tertutup kasa steril.
Evaluasi : ibu sudah mengganti duknya dan perawatan luka sudah dilakukan.
4.menganjurkan ibu untuk menyusui bayi dan hanya memberikan ASI eksklusif
Evaluasi : ibu sering menyusui bayinya
5.memberikan terapi :
Ceftriaxone 2x1 , IV
SF 1x1, oral
Vit C 1x1, oral
Antalgin 3x1, oral
Evaluasi : Terapi sudah diberikan pukul 18.00 WIB




BAB IV
PENUTUP

  1. Kesimpulan
o Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
o Penyebab dari PRM tidak / belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali usaha menekan infeksi.
o Adapun pengaruh dari ketuban pecah dini baik pada ibu maupun bayinya yaitu dapat menimbulkan infeksi.
o Jadi pada PRM penyelesaian persalinan bisa : Partus spontan, Ekstraksi vakum, Ekstraksi forsep, Embriotomi bila anak sudah meninggal, Seksiosesarea bila ada indikasi obstetric.
o Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut atau vagina ( suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim ).
o Ada bebearapa indikasi dari seksio sesarea : Disproporsi kepala panggul ( CPD/ FPD ), Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa, Rupture uteri mangancam, Partus lama ( prolonged labor ), Partus tak maju ( obstructed labor ), Pre-eklamsi dan hipertensi.
o Jenis-jenis dari operasi seksio sesarea : SC transperitonealis ( SC klasik dan SC ismika ) dan SC ekstraperitonealis.


2. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan seksio sesarea dengan indikasi ketuban pecah dini. Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk meghindari kasus diatas.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar