BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Proses
kehamilan hingga melahirkan bayi setiap wanita adalah suatu yang unik sekaligus
sacral, sehingga setiap tahap persalinan akan dirasakan dan dilewati seorang
ibu dengan cara alami. Hanya saja kondisi tertentu seperti ibu yang panggul
sempit. Panggul sempit di katakan sebagai salah satu indikasi pada persalinan
yang kejadiannya semakin meningkat pada
angka secsio sesarea. Sebagian besar di sebabkan karena peningkatan mortalitas
dan morbiditas lebih tinggi pada persalinan seksio sesarea. (Sibuea, 2007)
Kesempitan
pintu tengah panggul (PTP) pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan
ukuran terkecil, yaitu bidang yang melalui avex dari arcus pubis, Spina
ischiadika, dan sacrum, biasanya pada hubungan antara segmen ke empat dan
kelima. Kesempitan pintu tengah panggul merupakan sebab yang biasa di jumpai
pada distosia dan tindakan operatif. Kesempitan pintu tengah panggul (PTP)
dapat berputar mengarah kelengkung sacrum. Cara penanganannya lebih sukar dari
pada kesempitan pintu atas panggul maka persalinan harus di akhiri dengan
secsio secarea jika kepala dapat masuk ke dalam panggul maka melakukan aktrasi
dengan forceps (Harry,2010)
Menurut World Health Organization ( WHO) di
Amerika Serikat di laporkan setiap tahunnya terjadi peningkatan secsio secarea
terdapat 27,6% dari seluruh proses melahirkan dari angka tersebut 19,1%
merupakan seksio secarea primer, dari laporan Amerika menyatakan bahwa secsio
sesarea primer terbanyak tanpa komplikasi. Distosia dan persalinan angka ini
meningkatkan masing-masing49,7% dan 51% distosia menyebabkan seksio secarea
karena panggul sempit (Sulistiawati, 2011).
Angka persalinan dengan secsio sesarea di Indonesia cukup
tinggi, angka tersebut sebanyak 35,7-55,3%melahirkan.dengan tindakan secsio
sesarea sebanyak 19,5-27,3% di antaranya merupakan secsio sesarea karena adanya
komplikasi sephalopelvik disproportion. (Kasdu,2011).
Beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka
kelahiran dan angka kematian Ibu pada
tindakan opersi secsio sesarea di akibatkan panggul sempit lebih tinggi di
bandingkan persalinan dengan pervaginam.
Panggul sempit kelainan jalan lahir yang akan menghambat kemajuan persalinan
karena tidak sesuai antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu, panggul sempit
biasa terjadi di akibatkan dengan ukuran kepala janin atau dengan janin besar
dan pelvis normal (Istanareload, 2009)
1.2
Tujuan
1.
Tujuan umum Menerapkan asuhan kebidanan klien Post SC dengan Panggul Sempit ( CPD )
di ruang kamar Rawat Gabung Kebidanan di
RSUP DR.Djamil Padang
2.
Tujuan khusus
a.
Memaparkan konsep panggul sempit
b.
Mamaparkan anatomi panggul
c.
Memaparkan perawatan post SC
d.
Memaparkan pengkajian pada Ny. “ H” dengan post
bedah
1.3
Metode penelitian
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan
metode studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Sedangkan teknik yang
digunakan dalam penulisan adalah sebgai berikut :
1
Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data
scara komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan
“IBU POST SC DENGAN PANGGUL SEMPIT (CPD) ” vaginal dalam rangk mendapatkan data
teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah
2
Tinjauan kasus
Dengan cara mengadalan observasi dan partisipasi
pada pasien yang dirawat di ruang Rawat gabung kebidanan RSUP. Dr.M.Djamil Padang .
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Sectio Caesarea
1. Pengertian SC
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Sectio Caesaria adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut atau vagina atau sectio caesaria adalah suatu histerektomia untuk
janin dari dalam rahim(Mochtar, R 2006 ).
Sectio caesaria adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer,
A, 2001 )
2.
Jenis – jenis operasi sectio
caesarea
a.
Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
1. Mengeluarkan janin dengan cepat
2. Tidak mengakibatkan komplikasi
kandung kemih tertarik
3. Sayatan bias diperpanjang proksimal
atau distal
Kekurangan:
1. Infeksi mudah menyebar secara intra
abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
2. Untuk persalinan yang berikutnya
lebih sering terjadi rupture uteri spontan
b. SC ismika atau profundal (low
servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan
dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira-kira 10 cm
3. Kelebihan :
a. Penjahitan luka lebih mudah
b. Penutupan luka dengan
reperitonealisasi yang baik
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap
baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
d. Perdarahan tidak begitu banyak
e. Kemungkinan rupture uteri spontan
berkurang atau lebih kecil
Kekurangan
1. Luka dapat melebar kekiri, kanan,
dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan
perdarahan banyak
2. Keluhan pada kandung kemih post
operasi tinggi
3. SC ektra peritonealis yaitu tanpa
membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal
c. Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut
sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
2. Sayatan melintang ( Transversal )
3. Sayatan huruf T ( T insicion )
4. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC:
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC:
·
proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan
normal ( Dystasia)
·
Fetal distress
·
His lemah / melemah
·
Janin dalam posisi sungsang atau melintang
·
Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )Plasenta previa
·
Kalainan letak
·
Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran
kepala dan panggul)
·
Rupture uteri mengancam
·
Hydrocephalus
·
Primi muda atau tua
·
Partus dengan komplikasi
Panggul sempit
1. Problema plasenta
2. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara
lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
2. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa
hari
3. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi
disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
4. Berat, peritonealis, sepsis dan usus
paralitik
5. Perdarahan
6. Banyak pembuluh darah yang terputus
dan terbuka
7. Perdarahan pada plasenta bed
8. Luka kandung kemih, emboli paru dan
keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
9. Kemungkinan rupture tinggi spontan
pada kehamilan berikutnya
10. Post Partum
4.
Pemeriksaan penunjang
-
USG, untuk menetukan letak
impiantasi plasenta.
-
Pemeriksaan hemoglobin
-
Pemeriksaan Hema tokrit
5.
Penatalaksanaan
1. Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
a. Persiapan
Kamar Operasi
·
Kamar operasi telah dibersihkan dan
siap untuk dipakai
·
Peralatan dan obat-obatan telah siap
semua termasuk kain operasi
b. Persiapan Pasien
o Pasien telah
dijelaskan tentang prosedur operasi.
o Informed
consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
o Perawat
member support kepada pasien.
o Daerah yang
akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan sekitar
abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).
o Pemeriksaan
tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit yang pernah di
derita oleh pasien.
o Pemeriksaan
laboratorium (darah, urine).
o Pemeriksaan
USG.
o Pasien puasa
selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
2. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
a. Analgesia
·
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata
dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila
diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa
10 mg morfin.
·
Wanita dengan ukuran tubuh kecil,
dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.
·
Wanita
dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
·
Obat-obatan antiemetik, misalnya
protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat
narkotik.
b. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa
4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah
yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
c. Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter
larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama
berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam,
pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua.
d. Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah
12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya
bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari
kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.
e. Ambulasi
Pada hari pertama setelah
pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur
sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan
pertolongan.
f. Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap
hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat
menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat
setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi
tanpa membahayakan luka insisi.
g. Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit
tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak
biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
h. Perawatan Payudara.
Pemberian ASI dapat dimulai pada
hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut
payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya
mengurangi rasa nyeri.
B. Panggul Sempit
1. Macam-Macam Panggul Sempit
1. Macam-Macam Panggul Sempit
Dalam
Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul
sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1. Kesempitan pintu atas panggul
2. kesempitan bidang bawah panggul
3. Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak
antar tuberum sebagai dasar bersamaan.Ukuran – ukuran yang penting ialah :
·
Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm
·
diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke
ujung os sacrum 11 ½ cm
·
diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar
tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm. Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau
jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan
sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan
untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Menurut thomas dustacia dapat
terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior <
15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )
Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah
panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan
putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC
bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup
luas.
• Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera
kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjugata
vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai
10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat
menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah
diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.
2. Sebab
Sebab-sebab
yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
2. Panggul sempit seluruh : semua
ukuran kecil
3. Panggul picak : ukuran muka belakang
sempit, ukuran melintang biasa
4. Panggul sempit picak : semua ukuran
kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang
5. Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu
bawah panggul sempit
6. Panggul belah : symphyse terbuka
7. kelainan karena penyakit tulang
panggul atau sendi-sendinya
8. Panggul rachitis : panggul picak,
panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
9. Panggul osteomalacci : panggul
sempit melintang
10. Radang articulatio sacroilliaca :
panggul sempit miring
11. kelainan panggul disebabkan kelainan
tulang belakang
12. kyphose didaerah tulang pinggang
menyebabkan panggul corong
13. sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan
panggul sempit miring
14. kelainan panggul disebabkan kelainan aggota
bawah
coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
3.
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.
• Pengaruh pada kehamilan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.
• Pengaruh pada kehamilan
1. Dapat menimbulkan retrafexio uteri
gravida incarcerate. Karena kepala tidak
dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran
darah
Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit.
Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit.
2. Kepala tidak turun kedalam panggul
pada bulan terakhir dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak
lintang.
3. Biasanya anak seorang ibu dengan
panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
• Pengaruh pada
persalinan
1. Persalinan lebih lama dari biasa.Karena
gangguan pembukaan dan banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak. Kelainan
pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan
kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala
tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
2. Pada panggul sempit sering terjadi
kelainan presentasi atau posisi misalnya :
Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing).
Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing).
3. Pada panggul sempit kepala anak
mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan
lahir sekecil-kecilnya
4. Pada panggul sempit melintang sutura
sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas
panggul.
5. Dapat terjadi ruptura uteri kalau
his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh
panggul sempit. Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh
panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja
membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim. Kadang-kadang
karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.
6. Terjadi fistel : tekanan yang lama
pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa. Nekrosa
menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula
vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara
kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya
rongga sacrum.
7. Ruptur symphyse dapat terjadi ,
malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
8. Kalau terjadi symphysiolysis maka
pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat
tungkainya. Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada
urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan
N. Peroneus .
• Pengaruh pada
anak
·
Patus lama misalnya:
yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah
kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
·
Prolapsus foeniculli
dapat menimbulkan kematian pada anak
·
Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak.
Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu
mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang
melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.
Persangkaan Panggul sempit
Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :
Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :
1. primipara kepala anak belum turun
setelah minggu ke 36
2. Pada primipara ada perut menggantung
3. Pada multipara persalinan yang dulu
– dulu sulit
4. kelainan letak pada hamil tua
5. kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang
dan lain-lain)
6. osborn positip
·
Prognosa
Prognosa
persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor
1. Bentuk panggul
2. Ukuran panggul, jadi derajat
kesempitan
3. Kemungkinan pergerakan dalam
sendi-sendi panggul
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
5. Presentasi dan posisi kepala
6. His
Diantara
faktor-faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum
persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran
tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm. Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut )
Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm. Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut )
Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung
pada banyak faktor:
1. Riwayat persalinan yang lampau
2. besarnya presentasi dan posisi anak
3. pecahnya ketuban sebelum waktunya
memburuknya prognosa
4. his
5. lancarnya pembukaan
6. infeksi intra partum
7. bentuk panggul dan derajat
kesempitan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul
dengan CV antara 8 ½ – 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada
panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan.
·
Penatalaksanaan
CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )
a. Persalinan Percobaan
a. Persalinan Percobaan
Setelah
dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan
dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes
terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut
tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan
percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour
jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
b. Seksio Sesarea
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour
jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
b. Seksio Sesarea
Seksio
sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm,
atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada
kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan
kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea sekunder
(sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan
dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin
sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.
c. Simfisiotomi
Tindakan
ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini
sudah tidak dilakukan lagi.
d. Kraniotomi dan Kleidotomi
Kraniotomi
adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengan cara
melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapat
dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala janin,
yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.
e. Kleidotomi
Tindakan
ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi
dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin
meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada
satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri
penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting,
dan selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami
kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka
pada jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau
kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat
dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.
·
Terapi
Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
4.
Nifas
Nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
Nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
Nifas adalah
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
Periode
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum (Dalam 24 jam pertama).
2. Immediate post partum (Minggu pertama post partum).
3. Late post partum (Minggu kedua sampai dengan minggu keenam).
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum (Dalam 24 jam pertama).
2. Immediate post partum (Minggu pertama post partum).
3. Late post partum (Minggu kedua sampai dengan minggu keenam).
Tujuan Asuhan Kebidanan :
v Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
v Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
v Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
v Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Tanda dan Gejala :
1. Perubahan Fisik
2. Sistem Reproduksi
3. Uterus
4. Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil. Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu :
Tahapan pengeluaran lochea :
ü Rubra (merah) : 1-3 hari.
ü Serosa (pink kecoklatan) : 4-9 hari
ü Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
1. Perubahan Fisik
2. Sistem Reproduksi
3. Uterus
4. Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil. Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu :
Tahapan pengeluaran lochea :
ü Rubra (merah) : 1-3 hari.
ü Serosa (pink kecoklatan) : 4-9 hari
ü Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti
menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270
ml.
Perubahan Fisik Pada Masa Nifas
- Serviks Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
- Serviks Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
-Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
Ø Episiotomi => Penyembuhan dalam 2 minggu.
- Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
Ø Episiotomi => Penyembuhan dalam 2 minggu.
- Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
- Sistem Endokrin
·
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
·
Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
·
Sistem Kardiovaskuler
v Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
v Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
v Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
v Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
v Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
v Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
v Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
v Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
·
Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
·
Sistem Gastrointestinal
v Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
v Nafsu makan kembali normal.
v Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
v Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
v Nafsu makan kembali normal.
v Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
·
Sistem Urinaria
v Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
v Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
v Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
v Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
v Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
v Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
·
Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
·
Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
·
Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY ”H” P1A0H1 GRAVID ATERM 3 HARI POST PARTUM
SECTIO CAESAREA + CPD ( PANGGUL SEMPIT )
DI KAMAR
RAWAT GABUNG KEBIDANAN
RSUP
DR.M.DJAMIL PADANG
TANGGAL
9-10 SEPTEMBER 2013
Tanggal : 6 September
2013
Pukul : 11.45 Wib
TINJAUAN KASUS
Seorang pasien perempuan
ibu G1P0A0H0 usia 21 tahun masuk ke ruang KB
IGD
RSUP.M.Djamil Padang kiriman dari Bidan Elvita dengan keluhan
nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak ± 8 jam lalu. Gerakan anak dirasakan
sejak 4 bulan yang lalu. RHM mual (-), muntah (-), perdarahan (-). Pada
pemeriksaan labor Hb ibu 13,1 gr
%
Diagnosa
pre bedah : G1P0A0H0 gravid aterm +
sectio caesarea + CPD
Diagnose
pasca bedah : P1A0H1 post SC
dengan CPD
I.
PENGUMPULAN DATA
A.
Identitas
MR : 83.06.47
- (IBU/ ISTRI) -
(SUAMI)
Nama
: Ny.N / Tn.A
Umur :
21 tahun / 29 tahun
Suku/Bangsa : Minang/ Indonesia / Minand/ Indonesiaa
Agama : Protestan / Protestan
Pendidikan :
SMP / SMP
Pekerjaan :
IRT / Buruh
Alamat
rumah : Koto Padan Kinali Pasbar / Koto Padan Kinali Pasbar
B. ANAMNESA
( DATA SUBJEKTIF)
Tanggal : 9 September
2013
Pukul : 10.00 Wib
1.
Keluhan
utama :
·
Ibu masih merasakan nyeri diperut bagian bawah
·
Ibu masih tampak lemah
·
2. Riwayat
penyakit sekarang : ibu terlihat lemah dan kesakitan
3.
Riwayat
Kesehatan
1.
Riwayat
menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 2-3 x
ganti duk
Disminorea : Ada
Teratur/tidak : Teratur
Lamanya : ± 15
hari
Konsistensi darah : Encer
2. Riwayat
kehamilan ,persalinan,nifas yang lalu
No
|
Tgl
lahir/usia
|
Usia
Kehamilan
|
Jenis
Persalinan
|
Tempat
Persalinan
|
Komplikasi
|
Penolong
bayi
|
Bayi
|
Nifas
|
|||
Ibu
|
Bayi
|
Pb/bb/jk
|
Keadaan
|
Lochea
|
Laktasi
|
||||||
1
|
2013
|
aterm
|
SC
|
RS
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Dokter dan Bidan
|
3048/48cm/ lk
|
Sehat
|
Normal
|
Lancar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
Riwayat
kontrasepsi
·
Jenis
kontrasepsi : Tidak memakai
Kontrasepsi
4.
Penyakit
yang pernah diderita
Jantung : Tidak Pernah
Hipertensi
: Tidak Pernah
Hepatitis : Tidak Pernah
DM : Tidak Pernah
Ginjal : Tidak Pernah
PMS dan HIV/AIDS: Tidak
Pernah
Epilepsi : Tidak Pernah
5.
Pola
dan fungsi kesehatan
a.
Diet/
makan sehari-hari
Komposisi : nasi + ikan + sayur bayam
Pola
makan : 3 kali sehari
b.
Pola
eliminasi
·
BAB : 1 x sehari
·
BAK : 6-7
kali sehari
c.
Pola
aktivitas
Sebelum sakit ibu dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d.
Pola
istirahat
·
Siang : ± 1,5 jam
·
Malam
: ± 6
jam
e.
Perilaku
kesehatan
·
Penggunaan
alkhohol : Tidak Ada
·
Obat-obatan
: Tidak Ada
·
Merokok : Tidak Ada
·
Irigasi
vagina : Tidak Ada
C. PEMERIKSAAN
FISIK ( DATA OBJEKTIF)
1.
Keadaan
umum : Sedang
2.
Tanda
vital
Tekanan
darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Suhu : 37ºC
3.
Pemeriksaan
obstetric
1. Kepala
: Lurus, bersih
,tidak rontok, tidak ada ketombe
2.
Muka
: tidak edema
3.
Mata
·
Konjungtiva
: tidak anemis
·
Sklera : tidak ikterik
4. Gigi/mulut : Tidak
ada stomatitis ,tidak ada caries
5.
Leher
·
Kelenjar
tyroid : Tidak ada
pembengkakan
·
Kelenjar
lymfa : Tidak ada pembesaran
6.
Payudara
Bentuk : simetris ki-ka
Putting
susu : Menonjol
Areola : Hyperpigmentasi
Kolostrum : ada
Pembengkakan :
Tidak ada
7.
Abdomen
Inspeksi
·
Bentuk
: Simertis ki-ka
§
Striae albican/ lividae :Striae Lividae
§
Bekas operasi :
Ada
§
Kelainan :
Tidak Ada
Palpasi
-
Kontraksi :
Baik
-
TFU :
3 Jari di bawah Pusat
-
Kandung kemih :
Tidak Teraba
8. Ektermitas
·
Atas :
Tidak oedema (-),aktif (+)
·
Bawah : Sianosi (-),Tidak oedema (-),aktif
(+)
9. Vulva dan vagina
Kebersihan :
Terjaga
-
Varices :
Tidak Ada
-
Kemerahan :
Tidak Ada
-
Lochea :
Rubra
D. PEMERIKSAAN
LABORATORIUM ( FAKTOR PENUNJANG)
Haemoglobin :13,1
gr %
Hematokrit : 40
%
Leukosit : 18,8 mm3
Eritrosit : 4,6 mm3
Trombosit : 259.000/
mm3
Protein
urin : (-)
Glukosa
urin : (-)
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY ”H” P1A0H1 GRAVID ATERM 3 HARI POST PARTUM
SECTIO CAESAREA + CPD ( PANGGUL SEMPIT )
DI
KAMAR RAWAT GABUNG KEBIDANAN
RSUP
DR.M.DJAMIL PADANG
TANGGAL
9-10 SEPTEMBER 2013
SUBJEKTIF
|
OBJEKTIF
|
ASASSMENT
|
PLANNING
|
Hari pertama
Tanggal : 09-09-2013
Pukul : 10.00Wib
Hari ke-2
Tanggal : 10-09-2013
|
1. KU ibu : sedang
2. TTV
TD : 120/80mmHg
N : 84 x/i
P : 24 x /i
S : 37ºC
3. Kontraksi : Baik
4.TFU
: 3 jari dibawah pusat
5. Kandung Kemih : Kosong
6. Perdarahan : Normal
1. KU ibu : sedang
2. TTV
TD : 120/70mmHg
N : 80 x/i
P : 20 x /i
S : 37ºC
3. Kontraksi : Baik
4.TFU
: 3 jari dibawah pusat
5. Kandung Kemih : Kosong
6. Perdarahan : Normal
|
Ibu Ny.H P1A0H1 gravid aterm 3 hari post partum section
caesarea + CPD
Ibu Ny.H P1A0H1 gravid aterm 4 hari post partum section
caesarea + CPD
|
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa
keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus ibu baik, TFU 3 jari di bawah pusat,
Perdarahan dalam batas normal
Evaluasi : Ibu dapat memahami kondisinya saat ini
2.
Mengajurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi karena
kebutuhan ibu menjadi 2 kali lipat dari biasanya karena ibu menyusui bayi
Evaluasi : ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan akan mempraktekkannya
3.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi agar mempercepat pemulihan ibu pasca
operasi
seperti berjalan-jalan disekitar tempat tidur
Evaluasi : ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan
dan akan mencoba perlahan-lahan.
4. Memberitahu ibu untuk menjaga pola istirahat
yaitu pada siang hari 2 jam dan pada malam hari 6 jam
Evaluasi : ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5.
Memberikan terapi obat sesuai instruksi dokter.
Evaluasi : obat sudah diberikan sesuai instruksi.
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa
keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus ibu baik, TFU 3 jari di bawah pusat,
Perdarahan dalam batas normal
Evaluasi : Ibu dapat memahami kondisinya saat ini
2.
Mengajurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi karena
kebutuhan ibu menjadi 2 kali lipat dari biasanya karena ibu menyusui bayi
Evaluasi : ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan akan mempraktekkannya
3.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi agar mempercepat pemulihan ibu pasca
operasi
seperti berjalan-jalan disekitar tempat tidur
Evaluasi : ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan
dan akan mencoba perlahan-lahan.
4. Memberitahu ibu untuk menjaga pola istirahat
yaitu pada siang hari 2 jam dan pada malam hari 6 jam
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
5.
Memberikan terapi obat sesuai instruksi dokter.
Evaluasi : obat sudah diberikan sesuai instruksi.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar