Sabtu, 11 Januari 2014

Panggul Sempit



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
          Proses kehamilan hingga melahirkan bayi setiap wanita adalah suatu yang unik sekaligus sacral, sehingga setiap tahap persalinan akan dirasakan dan dilewati seorang ibu dengan cara alami. Hanya saja kondisi tertentu seperti ibu yang panggul sempit. Panggul sempit di katakan sebagai salah satu indikasi pada persalinan yang  kejadiannya semakin meningkat pada angka secsio sesarea. Sebagian besar di sebabkan karena peningkatan mortalitas dan morbiditas lebih tinggi pada persalinan seksio sesarea. (Sibuea, 2007)
          Kesempitan pintu tengah panggul (PTP) pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan ukuran terkecil, yaitu bidang yang melalui avex dari arcus pubis, Spina ischiadika, dan sacrum, biasanya pada hubungan antara segmen ke empat dan kelima. Kesempitan pintu tengah panggul merupakan sebab yang biasa di jumpai pada distosia dan tindakan operatif. Kesempitan pintu tengah panggul (PTP) dapat berputar mengarah kelengkung sacrum. Cara penanganannya lebih sukar dari pada kesempitan pintu atas panggul maka persalinan harus di akhiri dengan secsio secarea jika kepala dapat masuk ke dalam panggul maka melakukan aktrasi dengan forceps (Harry,2010)
Menurut  World Health Organization ( WHO) di Amerika Serikat di laporkan setiap tahunnya terjadi peningkatan secsio secarea terdapat 27,6% dari seluruh proses melahirkan dari angka tersebut 19,1% merupakan seksio secarea primer, dari laporan Amerika menyatakan bahwa secsio sesarea primer terbanyak tanpa komplikasi. Distosia dan persalinan angka ini meningkatkan masing-masing49,7% dan 51% distosia menyebabkan seksio secarea karena panggul sempit (Sulistiawati, 2011).
Angka persalinan dengan secsio sesarea di Indonesia cukup tinggi, angka tersebut sebanyak 35,7-55,3%melahirkan.dengan tindakan secsio sesarea sebanyak 19,5-27,3% di antaranya merupakan secsio sesarea karena adanya komplikasi sephalopelvik disproportion. (Kasdu,2011).
Beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kelahiran dan angka kematian  Ibu pada tindakan opersi secsio sesarea di akibatkan panggul sempit lebih tinggi di bandingkan  persalinan dengan pervaginam. Panggul sempit kelainan jalan lahir yang akan menghambat kemajuan persalinan karena tidak sesuai antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu, panggul sempit biasa terjadi di akibatkan dengan ukuran kepala janin atau dengan janin besar dan pelvis normal (Istanareload, 2009)
1.2    Tujuan
1.      Tujuan umum Menerapkan asuhan kebidanan  klien Post SC dengan Panggul Sempit ( CPD ) di ruang kamar Rawat Gabung Kebidanan  di RSUP DR.Djamil Padang
2.      Tujuan khusus
a.       Memaparkan konsep panggul sempit
b.      Mamaparkan anatomi panggul
c.       Memaparkan perawatan  post SC
d.      Memaparkan pengkajian pada Ny. “ H” dengan post bedah   
1.3    Metode penelitian
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penulisan adalah sebgai berikut :
1          Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan mengumpulkan data scara komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan “IBU POST SC DENGAN PANGGUL SEMPIT (CPD) ” vaginal dalam rangk mendapatkan data teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah
2          Tinjauan kasus
Dengan cara mengadalan observasi dan partisipasi pada pasien yang dirawat di ruang Rawat gabung kebidanan  RSUP. Dr.M.Djamil Padang .
BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Sectio Caesarea
1.      Pengertian SC
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio caesaria adalah suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim(Mochtar, R 2006 ).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, A, 2001 )

2.      Jenis – jenis operasi sectio caesarea

a.          Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
1.      Mengeluarkan janin dengan cepat
2.      Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
3.      Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
1.      Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
2.      Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

b.      SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
3.      Kelebihan :

a.       Penjahitan luka lebih mudah
b.      Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
c.       Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
d.      Perdarahan tidak begitu banyak
e.       Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan
1.      Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
2.      Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
3.      SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal
c.       Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut.
1.      Sayatan memanjang ( longitudinal )
2.       Sayatan melintang ( Transversal )
3.      Sayatan huruf T ( T insicion )

4.      Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC:
·         proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia)
·         Fetal distress
·         His lemah / melemah
·         Janin dalam posisi sungsang atau melintang
·         Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )Plasenta previa
·         Kalainan letak
·         Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
·         Rupture uteri mengancam
·         Hydrocephalus
·         Primi muda atau tua
·         Partus dengan komplikasi

Panggul sempit
1.      Problema plasenta
2.      Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1.       Infeksi puerperal ( Nifas )
2.       Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
3.      Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
4.      Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
5.      Perdarahan
6.      Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
7.       Perdarahan pada plasenta bed
8.      Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
9.      Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
10.  Post Partum

4. Pemeriksaan penunjang
-          USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.
-          Pemeriksaan hemoglobin
-          Pemeriksaan Hema tokrit
5. Penatalaksanaan
1.  Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
a. Persiapan Kamar Operasi
·         Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
·         Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi

  b. Persiapan Pasien
o   Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
o   Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
o   Perawat member support kepada pasien.
o   Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan   sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).
o   Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit yang pernah di derita oleh pasien.
o   Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
o   Pemeriksaan USG.
o   Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.

2. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
a. Analgesia
·         Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
·         Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 50 mg.
·          Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
·         Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

 b. Tanda-tanda Vital
             Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

c. Terapi cairan dan Diet
          Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua.

    d. Vesika Urinarius dan Usus
               Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.

    e. Ambulasi
              Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.

     f. Perawatan Luka
              Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

    g. Laboratorium
               Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.

 h. Perawatan Payudara.
             Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

B. Panggul Sempit
1. Macam-Macam Panggul Sempit
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1.      Kesempitan pintu atas panggul
2.      kesempitan bidang bawah panggul
3.      Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan.Ukuran – ukuran yang penting ialah :
·         Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm
·         diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm
·         diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm. Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )
Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas.

• Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.
2. Sebab
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1.      Kelainan karena gangguan pertumbuhan
2.      Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
3.      Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
4.      Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang
5.      Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit
6.      Panggul belah : symphyse terbuka
7.      kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
8.      Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
9.      Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
10.  Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
11.  kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
12.  kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
13.  sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring
14.   kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.

3.         Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.
Pengaruh pada kehamilan
1.      Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerate. Karena  kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah
Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit.
2.      Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.
3.      Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
Pengaruh pada persalinan
1.      Persalinan lebih lama dari biasa.Karena gangguan pembukaan dan banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
2.      Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :
Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing).
3.      Pada panggul sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya
4.      Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.
5.      Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit. Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim. Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.
6.      Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa. Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.
7.      Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
8.      Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya. Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus .
Pengaruh pada anak
·         Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
·         Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak
·        Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.

Persangkaan Panggul sempit
Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :
1.      primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
2.      Pada primipara ada perut menggantung
3.      Pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit
4.      kelainan letak pada hamil tua
5.      kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain)
6.      osborn positip

·        Prognosa

Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor
1.      Bentuk panggul
2.      Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan
3.      Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
4.       Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
5.      Presentasi dan posisi kepala
6.      His
Diantara faktor-faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm. Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut )

Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor:
1.      Riwayat persalinan yang lampau
2.      besarnya presentasi dan posisi anak
3.      pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa
4.      his
5.      lancarnya pembukaan
6.      infeksi intra partum
7.      bentuk panggul dan derajat kesempitan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ – 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan.


·         Penatalaksanaan CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )
a. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour
jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya,
keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

b. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

c. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

d. Kraniotomi dan Kleidotomi
Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.

e. Kleidotomi
Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.


·         Terapi
Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.


4.            Nifas
Nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)

Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
Periode
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum (Dalam 24 jam pertama).
2. Immediate post partum (Minggu pertama post partum).
3. Late post partum (Minggu kedua sampai dengan minggu keenam).

Tujuan Asuhan Kebidanan :
v Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
v Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
v Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
v Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Tanda dan Gejala :
1. Perubahan Fisik
2. Sistem Reproduksi
3. Uterus
4. Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil. Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu :

 Tahapan pengeluaran lochea :
ü Rubra (merah) : 1-3 hari.
ü Serosa (pink kecoklatan) : 4-9 hari
ü Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

Perubahan Fisik Pada Masa Nifas
- Serviks Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
-Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.

Ø Episiotomi => Penyembuhan dalam 2 minggu.

-  Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
- Sistem Endokrin
·         HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
·         Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
·          Sistem Kardiovaskuler
v Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
v Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
v Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
v Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.

·          Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.

·         Sistem Gastrointestinal
v Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
v Nafsu makan kembali normal.
v Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.

·          Sistem Urinaria
v Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
v Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
v Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.

·         Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.

·         Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

·         Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.







MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY ”HP1A0H1 GRAVID ATERM 3 HARI POST PARTUM SECTIO CAESAREA + CPD ( PANGGUL SEMPIT )
DI KAMAR RAWAT GABUNG KEBIDANAN  
RSUP DR.M.DJAMIL PADANG
TANGGAL 9-10  SEPTEMBER 2013

Tanggal     : 6 September 2013
Pukul         : 11.45 Wib
TINJAUAN KASUS
Seorang pasien perempuan ibu G1P0A0H0  usia 21 tahun masuk ke ruang KB IGD RSUP.M.Djamil Padang  kiriman dari Bidan Elvita dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak ± 8 jam lalu. Gerakan anak dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. RHM mual (-), muntah (-), perdarahan (-). Pada pemeriksaan labor Hb ibu 13,1 gr %

Diagnosa pre bedah    : G1P0A0H0  gravid aterm    + sectio caesarea + CPD
Diagnose pasca bedah : P1A0H1 post SC dengan CPD

I.                   PENGUMPULAN DATA
A.     Identitas
MR            : 83.06.47
  - (IBU/ ISTRI)                                                               - (SUAMI)
Nama                     :  Ny.N                                                            /           Tn.A               
Umur                     : 21 tahun                                            /           29 tahun
Suku/Bangsa         : Minang/ Indonesia                            /           Minand/ Indonesiaa
Agama                   : Protestan                                           /           Protestan
Pendidikan                        : SMP                                                  /           SMP
Pekerjaan               : IRT                                                    /           Buruh
Alamat rumah       : Koto Padan Kinali Pasbar                 /           Koto Padan Kinali Pasbar

B.     ANAMNESA ( DATA SUBJEKTIF)
Tanggal : 9 September 2013
Pukul   : 10.00 Wib
1.      Keluhan utama            :
·         Ibu masih merasakan nyeri diperut bagian bawah
·         Ibu masih tampak lemah
·          
2.      Riwayat penyakit sekarang : ibu terlihat lemah dan kesakitan
3.      Riwayat Kesehatan
1.      Riwayat menstruasi
Menarche               : 13 tahun
Siklus                     : 28 hari
Banyaknya                        : 2-3 x ganti duk
Disminorea            : Ada
Teratur/tidak          : Teratur
Lamanya                : ± 15 hari
Konsistensi darah  : Encer

2.      Riwayat kehamilan ,persalinan,nifas yang lalu
No
Tgl lahir/usia
Usia
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Tempat
Persalinan
Komplikasi
Penolong bayi
Bayi
Nifas
Ibu
Bayi
Pb/bb/jk
Keadaan
Lochea
Laktasi
1
2013
aterm
SC
RS
Tidak ada
Tidak ada
Dokter dan Bidan
3048/48cm/ lk
Sehat
Normal
Lancar













3.      Riwayat kontrasepsi
·         Jenis kontrasepsi          : Tidak memakai Kontrasepsi
4.      Penyakit yang pernah diderita
Jantung                  : Tidak Pernah
Hipertensi              : Tidak Pernah
Hepatitis                : Tidak Pernah
DM                        : Tidak Pernah
Ginjal                     : Tidak Pernah
PMS dan HIV/AIDS: Tidak Pernah
Epilepsi                  : Tidak Pernah

5.      Pola dan fungsi kesehatan
a.       Diet/ makan sehari-hari
Komposisi       : nasi + ikan + sayur bayam 
Pola makan      : 3 kali sehari
b.      Pola eliminasi 
·         BAB    : 1 x sehari
·         BAK    : 6-7 kali sehari
c.       Pola aktivitas
Sebelum sakit ibu dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d.      Pola istirahat
·         Siang    :  ± 1,5 jam
·         Malam             :  ± 6 jam
e.       Perilaku kesehatan
·         Penggunaan alkhohol   : Tidak Ada
·         Obat-obatan                 : Tidak Ada
·         Merokok                      : Tidak Ada
·         Irigasi vagina               : Tidak Ada

C.     PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF)

1.      Keadaan umum           : Sedang
2.      Tanda vital
Tekanan darah       : 120/80 mmHg
Nadi                       : 84 x/i
Pernafasan                         : 24 x/i
Suhu                      : 37ºC
3.      Pemeriksaan obstetric
1.      Kepala             : Lurus, bersih ,tidak rontok, tidak ada ketombe
2.      Muka   : tidak edema
3.      Mata
·         Konjungtiva     : tidak anemis
·         Sklera              : tidak ikterik
4.      Gigi/mulut        : Tidak  ada stomatitis ,tidak ada caries
5.      Leher
·         Kelenjar tyroid             : Tidak ada pembengkakan
·         Kelenjar lymfa             : Tidak ada pembesaran
6.      Payudara
Bentuk             : simetris  ki-ka
Putting susu     : Menonjol
Areola              : Hyperpigmentasi
Kolostrum        : ada
Pembengkakan            :  Tidak ada
7.      Abdomen
 Inspeksi
·               Bentuk                      : Simertis ki-ka
§    Striae albican/ lividae :Striae Lividae
§    Bekas operasi           : Ada
§    Kelainan                   : Tidak Ada
Palpasi
-          Kontraksi              : Baik
-          TFU                       : 3 Jari di bawah Pusat
-          Kandung kemih    : Tidak Teraba
8.      Ektermitas
·         Atas                 : Tidak oedema (-),aktif (+)   
·         Bawah             : Sianosi (-),Tidak oedema (-),aktif (+)
9.      Vulva dan vagina
Kebersihan            : Terjaga
-          Varices                  : Tidak Ada
-          Kemerahan            : Tidak Ada
-          Lochea                  : Rubra




D.     PEMERIKSAAN LABORATORIUM  ( FAKTOR PENUNJANG)

Haemoglobin   :13,1 gr %
Hematokrit       : 40 %
Leukosit           : 18,8 mm3
Eritrosit            : 4,6 mm3
Trombosit        : 259.000/ mm3
Protein urin      : (-)
Glukosa urin    : (-)
























MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY ”HP1A0H1 GRAVID ATERM 3 HARI POST PARTUM SECTIO CAESAREA + CPD ( PANGGUL SEMPIT )
DI KAMAR RAWAT GABUNG KEBIDANAN  
RSUP DR.M.DJAMIL PADANG
TANGGAL 9-10  SEPTEMBER 2013

SUBJEKTIF
OBJEKTIF
ASASSMENT
PLANNING

Hari pertama

Tanggal : 09-09-2013
Pukul    : 10.00Wib



















































































Hari ke-2

Tanggal : 10-09-2013







1. KU ibu : sedang
2. TTV
    TD : 120/80mmHg
    N   : 84 x/i
    P    : 24 x /i
    S    : 37ºC
3. Kontraksi : Baik
4.TFU     : 3 jari dibawah pusat
5. Kandung Kemih : Kosong
6. Perdarahan : Normal















































1. KU ibu : sedang
2. TTV
    TD : 120/70mmHg
    N   : 80 x/i
    P    : 20 x /i
    S    : 37ºC
3. Kontraksi : Baik
4.TFU     : 3 jari dibawah pusat
5. Kandung Kemih : Kosong
6. Perdarahan : Normal









































Ibu Ny.H P1A0H1 gravid aterm 3 hari post partum section caesarea + CPD


















































Ibu Ny.H P1A0H1 gravid aterm 4 hari post partum section caesarea + CPD











1.      Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus ibu baik, TFU 3 jari di bawah pusat, Perdarahan dalam batas normal
Evaluasi : Ibu dapat memahami kondisinya saat ini
2.      Mengajurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi karena kebutuhan ibu menjadi 2 kali lipat dari biasanya karena ibu menyusui bayi
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan mempraktekkannya
3.      Menganjurkan ibu untuk mobilisasi agar mempercepat pemulihan ibu pasca operasi seperti berjalan-jalan disekitar tempat tidur
Evaluasi : ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan akan mencoba perlahan-lahan.
4.      Memberitahu ibu untuk menjaga pola istirahat yaitu pada siang hari 2 jam dan pada malam hari 6 jam
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan


5.      Memberikan terapi obat sesuai instruksi dokter.
Evaluasi : obat sudah diberikan sesuai instruksi.








1.      Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik,kontraksi uterus ibu baik, TFU 3 jari di bawah pusat, Perdarahan dalam batas normal
Evaluasi : Ibu dapat memahami kondisinya saat ini

2.      Mengajurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi karena kebutuhan ibu menjadi 2 kali lipat dari biasanya karena ibu menyusui bayi
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan mempraktekkannya

3.      Menganjurkan ibu untuk mobilisasi agar mempercepat pemulihan ibu pasca operasi seperti berjalan-jalan disekitar tempat tidur
Evaluasi : ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan akan mencoba perlahan-lahan.

4.      Memberitahu ibu untuk menjaga pola istirahat yaitu pada siang hari 2 jam dan pada malam hari 6 jam
Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan


5.      Memberikan terapi obat sesuai instruksi dokter.
Evaluasi : obat sudah diberikan sesuai instruksi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar